Selasa, 27 Maret 2012

Usaha Mempertahankan Kemerdekaan dan Ancaman Disintegrasi

Bab 2
Usaha Mempertahankan Kemerdekaan dan Ancaman Disintegrasi

A.  Usaha Mempertahankan Kemerdekaan di Berbagai Daerah

1.  Perjuangan Bersenjata

a.   Pertempuran Lima Hari di Semarang
What        :           Pertempuran lima hari di Semarang
Where      :           Semarang
When        :           14 Oktober 1945 (kepolisian Indonesia di Wungkal diserang oleh pasukan Jepang; dr. karyadi dibunuh Jepang), 15 Oktober 1945 (sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Sepiring diangkut oleh para pemuda ke Penjara Bulu, Semarang), 17 Oktober 1945 (tercapai suatu perundingan mengenai gencatan senjata yang diadakan di Candi Baru), 18 Oktober 1945 (Jepang berhasil mematahkan serangan para pemuda; datang utusan pemerintah pusat dari Jakarta untuk merundingkan soal keamanan dan perdamaian di semarang), 19 Oktober 1945 (Jepang bersiap membumihanguskan Kota Semarang; tentara sekutu mendarat di Pelabuhan Semarang).
Why          :           Berkobarnya semangat para pemuda Semarang dan sekitarnya untuk melakukan perebutan keuasaan dari tangan Jepang ke pihak Indonesia.
Who          :          - Wongsonegoro (pimpinan pemerintahan)
- dr. Karyadi
- Kasman Singodimejo
- Sartono
How           :           Wongsonegoro mengeluarkan pernyataan antara lain berlakunya pemerintahan RI untuk Semarang. Pada tanggal 15 Oktober 1945, sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Sepiring diangkut oleh para pemuda ke Penjara Bulu, Semarang. Dalam perjalanan, sebagian tawanan berhasil melarikan diri dan meminta bantuan kepada batalyon Kedobutai. Tanpa menunggu perintah, para pemuda segera menyerang dan melakukan perebutan senjata terhadap Jepang. Terjadilah pertempuran sengit antara rakyat Indonesia melawan pasukan Jepang. Pada tanggal 14 Oktober 1945, petugas kepolisian Indonesia diserang oleh pasukan Jepang. Di Jalan Peterongan terdengar kabar bahwa air ledeng Candi diracuni Jepeng yang menyebabkan rakyat menjadi gelisah.  dr. Karyadi dibunuh Jepang saat mengecek persediaan air tersebut. Hal ini semakin menambah senggitnya pertempuran antara pemuda melawan tentara Jepang. Para pemuda berhasil menangkap Mayor Jenderal Nakamura. Pada tanggal 17 Oktober 1945, tercapai suatu perundingan mengenai gencatan senjata yang diadakan di Candi Baru. Pada tanggal 18 Oktober 1945, telah datang di Semarang Kasman Singodimejo dan Sartono, utusan pemerintah pusat dari Jakarta untuk merundingkan soal keamanan dan perdamaian di Semarang. Pihak Jepang yang hadir adalah Nakamura. Wongsonegoro menyetujui penyerahan senjata yang diminta oleh Nakamura namun pada tanggal 19 Oktober 1945 pagi, belum ada tanda-tanda semua senjata akan diserahkan kembali kepada Jepang. Sementara Jepang bersiap-siap membumihanguskan Kota Semarang, tersiar kabar bahwa tentara sekutu mendart di Pelabuhan Semarang. Mereka terdiri dari pasukan inggris yang bertugas melucuti tentara Jepang. Dengan kedatangan tentara Sekutu berarti telah mempercepat berakhirnya pertempuran antara pejuang Semarang melawan tentara Jepang.

b.  Pertempuran Surabaya
What        :           Pertempuran Surabaya
Where      :           Surabaya
When        :           25 Oktober 1945 (Sekutu mendarat di Surabaya), 28 dan 29 Oktober 1945 (pos-pos Sekutu diserbu oleh rakyat Surabaya), 30 Oktober 1945 (terjadi pertempuran yang hebat di gedung Bank International di Jembatan Merah), 10  November 1945 (pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantry dengan senjata-senjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara. Rakyat Surabaya dibawah pimpinan Bung Tomo melakukan perlawanan senjata terhadap Sekutu demi membela bangsa dan Negara).
Why          :           Sekutu dibawah pimpinan Jenderal A.W.S. Mallaby mengadakan serbuan ke Penjara Republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu dan pegawai RAPWI (Relief of Allied Prisoners of War and Internees) yang ditawan pihak Indonesia.
Who          :           Bung Tomo
How           :          
Pada tanggal 28 dan 29 Oktober 1945, pos-pos Sekutu diserbu oleh rakyat Surabaya. Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank International di Jembatan Merah yang menewaskan Brigjen Mallaby. Sekutu memberi ultimatum, isinya agar rakyat Surabaya menyerah pada Sekutu. Secara resmi rakyat yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantry dengan senjata-senjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara. Rakyat Surabaya dibawah pimpinan Bung Tomo melakukan perlawanan senjata terhadap Sekutu demi membela bangsa dan Negara.

c.   Pertempuran Ambarawa
What        :           Pertempuran Ambarawa
Where      :           Di Desa Jambu dan Ngipik
When        :           23 November 1945 (berlangsung pertempuran dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan Belanda di Jalan Margo Agung), 15 Desember 1945 (pasukan Indonesia berhasil menghalau Sekutu mundur ke semarang).
Why          :           Pertempuran Ambarawa meletus karena pembebasan secara sepihak interninan Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Who          :           Letkol. Isdiman, Letkol. Sarbini, Suryosumpeno, dan Kolonel Soedirman.
How           :           Pertempuran awal terjadi di Desa Jambu dan Ngipik di bawah pimpinan Letkol.  Isdiman, Letkol. Sarbini, dan Suryosumpeno. Letkol. Isdiman gugur dalam usaha mempertahankan dua desa tersebut. Colonel Soedirman mengambil alih pertempuran dengan taktik menyerang serentak dari segala sector secara bersamaan dengan bantuan dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, magelang, dan Semarang, pada tanggal 23 November berlangsung pertempuran dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan perkuburan Belanda di Jalan Margo Agung. Tanggal 15 Desember, pasukan Indonesia berhasil menghalau Sekutu mundur ke Semarang. Peristiwa itu dikenal dengan nama “Palagan Ambarawa”.

d.  Pertempuran Medan Area
What        :           Pertempuran Medan Area
Where      :           Medan, Sumatra Utara
When        :           9 November 1945 (NICA & Sekutu mendarat di Sumatera Utara), 10 Oktober 1945 (dibentuk TKR Sumatra Utara), 13 Oktober 1945 (insiden pertama), 18 Oktober 1945 ( ultimatum Sekutu), 1 Desember 1945 (Sekutu memasang papan-papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area), 10 Desember 1945 (pasukan Sekutu dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di Tepres), 10 Agustus 1946 (diadakan pertemuan antarkomandan pasukan Medan Area).
Why          :           Kedatangan pasukan NICA yang membonceng Sekutu disambut baik Pemerintah RI di Sumatra Utara. Tim RAPWI berstrategi untuk membantu membebaskan para tawanan dan dikirim ke Medan Area atas peersetujuan Gubernur M. Hasan dan langsung dibentuk menjadi Medan Batalyon KNIL. Dengan kekuatan itu, mereka bersikap congkak karena merasa sebagai pemenang perang. Sikap ini menimbulkan pelbagai insiden yang dilakukan secara spontan oleh para pemuda.
Who          :           Para pemuda Medan
‘How          :           Insiden pertama terjadi di Jalan Bali, Medang pada tanggal 13 Oktober 1945 ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana Merah-Putih dari salah seorang pemuda yang ditemuinya. Akibatnya hotel itu diserang dan dirusak oleh para pemuda. Insiden menjalar ke  berbagai kota seperti Pemantang Siantar dan Berastagi. Tentara sekutu kemudian memberi ultimatum kepada pemuda Medan untuk menyerahkan senjatanya pada 18 Oktober 1945. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota. Tindakan Sekutu ini merupakan tantangan bagi para pemuda. Pihak Sekutu bersama NICA melakukan aksi pembersihan terhadap unsur-unsur Republik yang ada di Kota Medan. Para pemuda membalas aksi-aksi tersebut dengan melakukan pengepungan. Pada 10 Desember 1945, pasukan Sekutu dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di Tepres. Adanya penculikan terhadap seorang perwira Inggris menyebabkan Jenderal Kelly kembali mengancamjika para pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Bagi yang melanggar akan ditembak mati. Daerah yang ditentukan adalah Kota Medan dan Belawan. Perlawanan terus memuncak, pada bulan April 1946, tentara Sekutu mulai berusaha mendesak pemerintah RI keluar  Kota Medan. Kantor Gubernur, markas Divisi TKR, dan Kantor Wali Kota Medan dipindahkan ke Pemantang Siantar. Dengan demikian Sekutu berhasil menguasai Kota Medan. Pada tanggal 10 Agustus 1946, di Tebingtinggi diadakan suatu pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan memutuskan dibentuknya satu komando bernama Komando ini dibagi atas empat sector dan bermarkas di Sudi Mengerti, Trepes. Di bawah komando inilah mereka meneruskan perjuangan di Medan Area.

e.   Bandung Lautan Api
What        :           Bandung lautan api
Where      :           Bandung
When        :           21 November 1945 (Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama), 23 Maret  1946 (Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua)
Why          :           Tentara Sekutu menuntut agar rakyat menyerahkan senjata-senjata yang diperoleh dari Jepang. Sekutu mengeluarkan ultimatum namun pemuda dan rakyat Bandung tidak mengindahkan ultimatum tersebut sehingga terjadi insiden-insiden dengan tentara Sekutu.
Who          ;           Pemuda dan rakyat Bandung
How           :           Pada tanggal 21 November 1945, tentara sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya agar selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 Kota Bandung bagian utara dikosongkan. Pemuda dan rakyat Bandung tidak mengindahkan  ultimatum tersebut sehingga terjadi insiden-insiden dengan tentara Sekutu. Untuk kedua kalinya Sekutu pada tanggal 23 Maret 1946 mengeluarkan ultimatum yang isinya agar Kota Bandung seluruhnya dikosongkan. Akhirnya rakyat Bandung mematuhi perintah dari Jakarta, namun sebelum meningalkan kota, mereka mengadakan penyerangan dan pembumihangusan Bandung bagian selatan. Tujuan tindakan ini agar pos-pos penting dan tempat-tempat yang vital tidak dapat dipergunakan oleh pihak lawan.

f.   Pertempuran Margarana
What        :           Pertempuran Margarana
Where      :           Desa Margarana, Bali
When        :           2 dan 3 Maret 1946 (tentara Belanda mendarat di Bali), 18 November 1946 (I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya melakukan perlawanan terhadap Belanda), 20 november 1946 (Belanda menyerang tiba-tiba dan I Gusti Ngurah Rai menyerukan perang puputan.
Why          :           Ketika kembali dari Yogyakarta, I Gusti Ngurah Rai menemukan pasukannya porak poranda akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda. I Gusti Ngurah Rai berusaha untuk mempersatukan kembali pasukannya, sementara itu Belanda terus membujuk Ngurah Rai agar mau bekerja sama dengan Belanda. Namun ajakan tersebut ditolak.
Who          :           I Gusti Ngurah Rai
How           :           Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946, lebih kurang 2.000 tentara Belanda mendarat di Pulau Bali, pimpinan Laskar Bali, I Gusti Ngurah Rai sedang menghadap ke Markas Tertinggi di Yogyakarta. Ketika kembali dari Yogyakarta, I Gusti Ngurah Rai mennemukan oasukannya porak poranda akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda. I Gusti Ngurah Rai berusaha untuk mempersatukan kembali pasukannya, sementara itu Belanda terus membujuk I Gusti Ngurah Rai agar mau bekerja sama dengan Belanda. Namun ajakan tersebut ditolak. Setelah berhasil menghimpun dan mempersatukan kembali pasukannya, pada tanggal 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya melakukan perlawanan terhadap markas Belanda yang ada di Kota Tabanan. Dalam peperangan itu, pasukan I Gusti Ngurah Rai mengalami kemenangan. Setelah kemenangan itu, pasukan I Gusti Ngurah Rai mundur kearah utara dan  memusatkan markas perjuangannya di Desa Margarana. Setelah mengalami kekalahan dari pasukan I Gusti Ngurah Rai, Belanda pada tanggal 20 November 1946 mengerahkan seluruh kekuatannya yang ada di Pulau Bali dan Lombok. Daerah Margarana diserang tiba-tiba sehingga terjadi pertempuran sengit. Dalam pertempuran itu, I Gusti Ngurah Rai menyerukan perang puputan. I Gusti Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur dalam perang itu. Perang itu dikenal dengan nama Puputan Margarana. Perang Puputan membuktikan bahwa rakyat Bali rela berkorban untuk bangsa dan negara.