Minggu, 30 Juni 2013

Ordinary Nichijou desu !!



  Miruku Senior High School is a private school that the student wear cardigan sweater for their uniform. Isn’t very ordinary ?? #ckckkk
            There are one hundred student in every sub class(?). Don’t u understand ? I want to say that I DON’T UNDERSTAND TO !!!!!!
#yudhgantipakebahasaindonesiaajjah,u.u


  Sebuah sekolah swasta yang hanya di huni 300 orang dari 15 kelas, 5 kelas untuk masing-masing kelas X, kelas XI, dan kelas XII.
            Walaupun muridnya sedikit tetapi siswa-siswi disini bukanlah orang sembarangan. Mereka diseleksi berdasarkan kebiasaan hidupnya. Nggak ada yang berkuku panjang disini, nggak ada yang buang sampah sembarangan, dan nggak ada yang telat ke sekolah.
            Mereka begitu bukan berarti takut dengan peraturan disini melainkan itulah yang biasa mereka lakukan di kehidupan sehari-hari. Jadi tanpa dibuatkan peraturan pun mereka sadar diri.
            Sekolah swasta identik dengan keturunan elit bermobil mewah. Tapi bukan disini. Dari kalangan biasa pun bisa masuk ke sekolah ini.
Mereka yang merasa kekurangan biaya untuk memenuhi keperluannya selama bersekolah disini akan dipekerjakan di sebuah perusahaan swasta yang memang khusus dibentuk untuk anak-anak berprestasi kurang mampu. Istilahnya magang lah kalo di SMA Kejuruan. Pendiri perusahaan itulah pemilik Miruku ini. Beliau telah meninggal dunia dan sekarang digantikan oleh buyut laki-lakinya yang masih berumur 23 tahun. #jahh-.-’
            Awalnya si pendiri memang menuliskan beberapa peraturan untuk sekolah ini. Namun saat hampir meninggal, setelah 30 tahun mendirikan sekolah ini, dia baru sadar bahwa peraturan itu dibuat hanya untuk dilanggar jadi dia menghapus beberapa peraturan keras yang dibuatnya. Tersisalah peraturan-peraturan di bawah ini:
1. Seragam sekolah yang dipakai terbuat dari cardigan (baju)      dan drill (celana)
            Bagi anak cowo: o) celana panjang berwarna hitam keabu-abuan
                                        o) baju berwarna putih lengan panjang (model bebas)
  Bagi anak cewe: o) rok berwarna putih dengan motif 2 garis berwarna sesuai tingkatkan kelas. Model ditentukan sekolah.
                                        o) baju berwarna hitam keabu-abuan lengan panjang model bebas
2. Sepatu
            Hanya dibolehkan memakai sepatu berwarna hitam atau putih.
            Untuk cewe dilarang keras memakai sepatu balet. #cwakwkwkkk
3. Tas
            Hanya dibolehkan memakai tas berwarna hitam atau putih. Jika bermotif maka motifnya dilarang keras yang berwarna kecuali hitam atau putih.
4. Perhiasan
            Hanya dibolehkan memakai jam tangan yang terbuat dari karet. Dilarang keras untuk yang berwarna selain hitam atau putih.
5. Dilarang keras membawa majalah, handphone, kalkulator, laptop, pc, televisi, ipad, dan sejenisnya. #pc?tv?gmncarabawa’ny-,-
6. Dilarang keras merokok, minum-minuman keras atau memakai narkoba dan sejenisnya di lingkungan sekolah, berlaku untuk guru maupun murid. Khususnya bagi siswa-siswi yang ketahuan merokok, minum-minuman keras atau memakai narkoba dan sejenisnya di dalam maupun di luar lingkungan sekolah akan langsung dikeluarkan dengan tidak hormat. #-o-hohoo
7. Hanya memakai buku dan alat tulis yang disediakan oleh sekolah.
8. Dilarang keras untuk berpacaran baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Jika ketahuan maka akan langsung dikeluarkan dengan tidak hormat. #kkekekee-,-

Prolog
  “Putihhh ?!”
            “Nggak salah nih mba ? Kok cowo sih yang bajunya putih ?” tanya Arsy pada kakanya, tamatan SMA Miruku.
            “Ya emang gitu peraturannya.”
            “Apa nggak cepat kotor ?”
            “Mangkanya…belajar supaya jangan jorokk !”
            “Ishk.” Arsy Pragiyo, murid smp yang baru lulus dan berencana mendaftar di SMA Miruku. “tapi kenapa gitu ya, mba?”
            “Supaya ngebuang sifat jorok anak cowo kali. Kalii hhehee”
            Sambil berbaring iya memikirkan SMA Mikuru yang disebut-sebut sebagai SMA favorit.
            “Pasti bangga deh kalo bisa masuk situ.” pikirnya.
            Memang, kakanya sendiri alumni dari sana. Setelah tamat langsung diterima bekerja di sebuah bank swasta.
            “Persyaratannya susah juga.” pikirnya lagi.
            Diapun memejamkan mata.
            Keesokan harinya iya memantapkan diri. Memutuskan buat daftar di SMA Miruku. Beberapa teman ternyata juga berminat ke sana.
                         
   “Hope we luck today.” aku mendengar suara lembut dari gadis kecil di belakangku.
            “Putihh !” batinku menatap wajahnya yang begitu putih bersih.
            “We’re you from?” tanyaku membuka obrolan. Matanya begitu hitam dan besar.
            “Aku dari dekat sini kok.” katanya tersenyum. Aku jadi agak malu. Ku kira dia dari Jepang. Hahaa
            “Sudah baca peraturan di sini?”
            “Sudah. Peraturannya bagus.” Katanya dengan muka polos.
            “Apanya yang bagus?” cela pikiranku.
            Dia tersenyum lalu berpaling ke depan menerobos di kerumunan orang yang juga mendaftar hari ini.
            “Duh. Lupa tanya namanya.”

Tes tulis sudah dilalui dan ada 227 orang yang lolos. Masih ada tes kesehatan dan wawancara lagi untuk menyaring hingga tinggal 100 orang. Katanya 60 cewe dan 40 cowo.               
            “Ar gimana lo, yakin masuk ngga ?” tanya temanku yang juga lolos tes tulis.
            “Ngga yakin.”
            “Gue juga nih. Mana ada tes wawancara lagi. Bahasa Inggris gue kan jelek.” katanya pesimis.
            “Emang tes wawancaranya pake b.inggris ?”
            “Belum tau sih.”
            “Kalo gue lebih khawatir ama tes kesehatannya nih. Gue kan agak jorok. Kata kaka gue sih.”
            “Bener tuh kata kaka lo. Ckckckkkk. Lo ingat ngga waktu sd kita pernah balap lari ama Indra, Vino.”
            “Waktu ngga bisa ngerem terus keinjak e* sapi ?”
            “jyahahahhaaa. Terus sepatu lo pernah juga kan kecebur ke selokan tapi ngga lo cuci-cuci sampe satu minggu. Terus lo juga jarang gosok gigi malam kan ? Wkwkwkkk.”
            “itu kan dulu waktu SD. Pas SMP gue udah tobat Din. Gue di hajar ama kaka gue kalo ngga mau gosok gigi malam. -,-”
                         
“Din, gue keterima. Lo gimana ?”
            “BAD ! Gue gagal, Ar. Hiks.”
            “Don’t worry be happy, Badin.” sambil ngelus pundaknya.
            “Selamat ya, Ar. Gue kualat ama lo nih. T.T”
            “Tenang Din. Gue bantuin elu deh ngedaftar di SMA sebelah.”
            “Ish..ngejek gue, lu ??” katanya sambil tertawa tapi keliatan sedikit kecewa.
            “Yaa mungkin rejeki lo di sana. Hahaa.” kataku coba menghiburnya.
            “Gimana yang lain, ya ?”
                       
            Kami berkeliling di gerombolan orang  ini yang beberapanya adalah calon teman satu sekolah baruku, SMA Miruku. Disudut aula aku lihat Indra sedang tertawa girang bersama seorang temannya.
            “Tu Indra.”
            “Ama siapa tuh? Pacarnya?”
            “Ah nggak mungkin lah. Ke situ yuk, Din.”
            “Ok.”

  “In, gimana lo ?” tanya Badin.
            “Gue lulus. Elo berdua ?” ujar Indra, temannya yang cewe ini tersenyum juga menatap kami.
            “Gue gagal In.” sambil mengarahkan mukanya padaku.
            “Gue masuk.” kataku tertawa ke mereka.
            “Aku juga.” kata temannya si Indra ini. Kami bertiga tertawa ke arahnya.
            “Loh kayanya pernah ketemu.” ucapku, mengamati mukanya. “Elo yang ngomong ‘hope we….”
            “Luck today.” sambungnya sambil terus tersenyum.
            “Kenalin, gue Badin. Temannya mereka juga.”
            “Resha.” katanya tersenyum lagi. Emang murah senyum ni orang, pikirku.
            “Din, lo kayanya harus buru-buru deh daftar di SMA sebelah. Soalnya tinggal 2 hari lagi pendaftarannya di tutup.”
            “Ngga deh.”
            “Loh, jangan putus asa gitu dong Din.” ucapku yang agak terkejut mendengarnya.
            “Putus asa apaan. Rencana gue gini, kalo ngga keterima di Miruku gue langsung daftar ke luar kota.”
  “Udah daftar?”
            “Iya lah. Gue ke sana tinggal tes.”
            “Kalo ngga keterima?”
            “Pasti keterima…kepala sekolahnya kan Om gue. Whaahahhhaaaaaa.”
            “Wuihhhhhhh.” aku dan Indra menepuk-nepuk pundaknya. Selama berteman ama dia aku ngga pernah tau kalo dia keluarga orang kaya.
            “Good luck deh buat kamu.” ucap Resha dengan senyumnya itu lagi. Jadi pengen ikut senyum juga.

Ini nih hari yang palin ditunggu-tunggu oleh kebanyakan siswa baru, upacara penerimaan. Baru pertama kali ini kepala sekolah akan memunculkan batang hidungnya.
            “Kepsek kita katanya masih muda lo..” kata cewe yang berdiri dua jarak di sampingku kepada temannya.
            “He em… kata Mas ku kepsek juga baik.”
            Baik? Masa sih? Cela batinku.
            Jeng jeeeeeng.ternyata benar, kepseknya kaya seumuran anak kelas XII. Gaya bicaranya juga sangat ngga formal. Gimana bisa ini jadi sekolah favorit ??! Berontak batinku.
            “Seumuran.” kataku pada teman sebelah ngga tahu namanya.
            Dia cuma tertawa sambil membenarkan rambutnya.
            “Tapi di balik muka yang polos itu, beliau dikenal tegas loh kalo ngasih hukuman.” sambung teman di belakangku. Kami berdua jadi menatapnya. Kepsek memperhatikan kami.
            Deg !
            Langsung kami tertunduk dan menghentikan pembicaraan kami. Beliaupun lanjut berpidato sambil ketawa ngga jelas. #jahh-__-

  “Satu kelas 20 orang ?????” pertanyaanku membuat perhatian.
            “Sstt. Keras banget si.” sela Indra.
            “20 orang itu baguskan. Jadi bisa maksimal ngajarinnya.” kata Resha. Ternyata kami satu kelas dan sekarang kami sedang melihat pengumuman pembagian kelasnya.
            “Kalo udah keterima harus siap menanggung resikonya.” ujar kepsek yang lewat di samping kami sambil menyipitkan matanya ke arahku. Jadi ngga bisa ngomong apa-apa lagi. Murid lain pun terdiam memandang ke arahnya. Dia menatap kami satu per satu. “Rubah kebiasaan buruk kalian jika ada. Kalo ngga bisa berubah juga…saya yang akan buat kalian merubah kebiasaan ituu. Hahahaaaa.” katanya sambil terus berjalan ke ruangannya dan kami tak berkedip mendengar kata-katanya. Dia ini sih cocoknya di jadiin kaka gue, ucap kepalaku.
            “Kita cari kelasnya, yuk.” kata Resha seolah mengetuk kami semua. Kami berjalan dan murid-murid lain ikutan bubar.

to be continued...wkwkkk