Minggu, 17 Juni 2012

Eng ing eeeeeng p2


Sampai pulang sekolah pun Gita tetap menasehati sahabatnya yang sedang galau itu. Gita merasa pengorbanan Bimo selama ini sudah sangat full hanya untuk seorang Winda yang tidak bersyukur sudah dicintai Bimo. Gita saja sempat merasa iri.

Gila! Kenapa coba cowo sebaik dan seganteng Bimo bisa suka sama seorang Winda? Cinta cinta… emang buta. Winda yang selalu datang telat, suka berimajinasi yang aneh-aneh, jarang mandi, makan minum sembarangan. Pokoknya serba sembarangan. Huh…

Setelah seminggu mereka putusan, Bimo ngesms Gita.
“Git, gue beneran sayang sama Winda. Gue ga bisa hidup tanpa dia. Cuma dia yang gue sayang Git. Git, please bantuin gue buat balikan sama Winda. Please Git…”
“Terus gue harus bilang iya gitu?”
“Ya iyalah. Lo temen Gita, lo temen gue juga.”
“Sejak kapan kita temenan?”

Sementara itu, Edo, salah seorang sahabat Bimo mulai mendekat-dekat dengan Winda. Coba membujuknya agar mau balikan lagi dengan Bimo.
Seorang teman mantan pacarnya sekarang duduk di depannya untuk membicarakan hal yang sepele menurut Winda. Winda menatapnya dingin.
“Win, lo kenal gue kan?”
“Ga.”
“Cowo paling popular, gue kan anak basket.”
Tatapan Winda makin dingin sambil mengaduk gelas jus melonnya.
“Win, lo tau Bimo kan?”
“Tau.”
“Cowo paling romantis di sekolah.”
“Biasa aja.”
“Kapten basket.”
“Terus?”
“Win, lo tau ga? …”
“Gue ga mau tau.” Winda yang mulai kesal coba meninggalkan Edo di kantin itu.

18092011620.jpg“Kenapa lo, Win?” Tanya Gita melihat sahabatnya masuk ke kelas dengan muka dinginnya.
“Gue ketemu hantu sekolah.” Menengok ke sahabatnya.
“Edo?”
“Ko tau.”
“Ha hah… Cuma nebak aja sihh.” Kata Gita. “Dia ngomong apa aja sama lo?”
“Udah lupa.” Tertawa ke sahabatnya.
“Iiihhh, gaje deh!” balas tawa.

Sedetik demi detik. Sehari demi hari. Hati Winda mulai terbuka untuk menerima kehadiran Bimo di waktu-waktunya. Tanpa menyerah Bimo terus mendekati walau harus banyak berkorban. Dia sama sekali tidak peduli. Asalkan bisa bersama Winda. Membalas senyum Bimo, membalas sms Bimo, dan membalas obrolan Bimo yang garing ditambah kacang-kacang Edo. Untung ada Gita yang menolongnya dengan coklat caramel lembut ditambah wafer renyah. (#BengBengpinanya==’) Akhirnya mereka berempat pun mulai akrab dan saling curhat menyurhat bertukar pikiran.

“Eh lo pada tau ga?”
Gita, Winda, Bimo, melihat ke Edo.
“Apaan?”
“Ada yang CLBK nihh.”
“Ishh.” Ringis Bimo.
“O ya?” Tanya Gita sambil memandang sahabatnya. “Dari kapan? Kok elo ga ada cerita sih Win?” Winda yang ditanya cuma senyum-senyum santai.
“Ehemmm.” Dehem Bimo. “Gue ga nyangka Winda mau nerima gue lagi.” Menatap Winda.
“Yahh, sebenarnya gue masih coba-coba aja dulu.” Sahut Winda dengan muka bercanda.
“Whatt?!”
“Ehehe… ya ga lah.” Tambah Winda, setelah dua bulan ini gue ngerasa ada sesuatu yang beda kalo ngeliat Bimo.” Gita dan Edo saling bertatapan.
“Lo serius Win?” Gita coba meyakinkan.
“Lo ga pura-pura kan Win?” Edo menambahi.
“Tanya aja ke Bimo.”
“Gue sih yakin-yakin aja.” Mereka saling tertawa.

120120122237.jpgTapi sebenarnya dalam hati Winda masih ada keraguan. Sama juga dengan Bimo. Sebenarnya mereka benar-benar saling suka atau cuma mencoba-coba untuk suka?

Hari ini Sabtu. Malam ini Minggu. Jalan-jalan…
Bimo pun mengirimi sms ke Winda.
“Win, jalan yuk.”
“Kemana?”
“Yaaa kemana aja. Yang penting sama elo.”
“:s”
“He he, lo mau ga?”
“Tapi kemana dulu?”
“Makan.”
“Tadi lo ngajak jalan, ini malah bilang makan.==”
“Maksud gue makan dulu baru jalan.”
“O ya?”
“Iya lahhh.”
“Ok.”
“Ok? Lo serius mau Win?”
“Ga.”
“Tu kan.”
“Iya iya gue mau. He he.”
“Nah gitu dong. Itu baru namanya bidadari gue.”
“:P”
“Love you.”

Mereka pun jalan berdua. Keliling-keliling taman. Makan-makan. Keliling-keliling taman lagi sambil makan es krim. Saling bercanda dan bercerita. Lalu duduk-duduk di suatu ayunan.

“Win,lo liat deh bintang di langit.” Menengok ke atas.
“Gue ga bisa liat.” Menoleh Bimo ke Winda. “Bohong dehh.”
“Ihh gaje banget sii.” Sambil mengusap-usap kepala Winda.
Mereka saling bertatapan. “Deg” dalam hati Winda.
“Kenapa lo?”
“Ga apa-apa ko.” Berhenti bertatapan.
“Win, sebenarnya lo sayang ga sih sama gue?” Menatap Bimo.
16082011104.jpg
“Gue suka sama lo.” Jawab Winda.
“Gita bilang dulu lo ga suka banget sama gue.”
“Gita bilang gitu?” Melihat ke langit. “Itu kan dulu sekarang udah beda.”
“Tapi gue yakin sekarang lo ga pura-pura lagi.”
“Dari dulu gue ga pernah berusaha pura-pura. Cuma mungkin lo ngerasa pura-pura.” Jawab Gita. “Itu pertama kalinya gue ditembak langsung sama cowo dan cowo yang ga gue kenal. Gue salut sama lo dan gue kira gue bisa ngebales cinta lo jadi gue nerima.” Bimo memperhatikannya benar-benar. “Ternyata setelah sebulan gue ga bisa. Perasaan gue tetap datar.”
“Terus, kenapa sekarang lo mau nerima gue?”
“Karena… gue udah ngerasa sesuatu.” Saling bertatapan. “Hati gue sesek waktu ngeliat lo deket sama Gita. Kalian sering ketawa bareng. Sering smsan, curhat-curhatan. Padahal lo bilang dulu lo ga bisa hidup tanpa gue.”
“Gue sering curhat ke Gita tentang elo. Karena dia teman lo yang paling deket.”
“Yaaa, gue tau. Lo ngajak gue balikan lagi juga gara-gara disuruh Gita kan?”
“Ko tau.”
“Ya iyalah. Semua hal gue tau.”
“Gaje.”
Mereka tertawa bersama terlarut dengan waktu terbawa bulan bintang di langit malam yang kesepian.

Kamis, 14 Juni 2012

Eng ing eeeeeng


aaaIMG0713A.jpg       “Win, hari ini lo harus siap.”
       “Ngapain?”
       “Liat aja ntar.”
       “Apa sii?”
       “Tu dia datang.”

Eng ing eeeeeng
       Winda yang sejak tadi duduk dikantin bersama sahabatnya itu terkejut setengah mati.
       “Loh, ada acara apa nih?” segerombolan cowok menghampirinya. Gita pun membisikkan sesuatu ke Winda.
       “Ada yang mau nembak elo.”
       “Kata siapa?!” dengan suara agak keras. Sedangkan sahabatnya masih tetap berbisik.
       “Itu. Dia tu yang bawa bunga kertas, paling depan.” Katanya menunjuk-nunjuk pelan.
       Winda dan Gita benar-benar terkejut. Si cowo itu ternyata udah ada dihadapan mereka.
“Hai.” Sapanya tersenyum. Winda dan Gita saling melirik.
“Eee, ada apa ya mas?”
“Ssttt!” senggol Gita.
“Eee, gini Win.” Sambil berjongkok. “Sebenarnya selama ini gue ada perasaan sama lo. Gue ga bisa berenti mikirin lo. Setiap gue liat bintang gue ingat sama lo, gue liat bulan ingat lagi sama lo. Kalo di dunia ini gue harus milih 3 hal, 3 hal itu adalah orangtua, kucing gue, dan elo Win. Pokoknya elo adalah segalanya buat gue.” Winda yang mendengar itu hanya senyum-senyum.
“Win, lo mau ga jadi pacar gue?”
“Tapiii… Dari tadi lo belum ngenalin nama lo ke gue.”
“Huuuuuu.” Sorak teman-temannya sendiri membuat si cowo kertas sipu-sipu malu. Sambil menggaruk kepala dan tawa kecil.
“Sori Win, gue lupa. Abis gue grogi deket-deket sama cewe cantik kaya lo.”
“Eeeuhhh.” Batin Gita.
“Jadi nama lo siapa?”
“Gue Bimo.” Menyalami Winda.
“Lo anak kelas sebelah?”
“Iya.” Katanya lalu berdiri. “Jadi, lo mau ga Win jadi pacar gue?”
What???1 pantesan, ternyata hari ini tanggal 14 Februari. Ucap Winda sendiri saat melihat kalender di kamarnya.
Bimo? Lumayan juga, tapi kenapa tiba-tiba gini ya? Ga nyangka banget. Gue kira sama sekali ga ada yang suka sama gue, eehhh ternyata. Keajaiban dunia ke 8. Tapi ga mau lah gue buru-buru nerima. Gue bilang aja minta waktu dulu seminggu. Lagian gue belum kenal gimana orangnya. Temannya bilang dia udah suka sama gue sejak semester awal tapi waktu itu gue masih punya pacar dan dia mendem perasaannya sampai semester akhir ini. Dan Gita, ternyata dia udah tau kalo Bimo suka sama gue. Tapi dia malah diem-diem aja.

“Winnn, makan dulu.”
“Oke Ma…”

Setelah seminggu akhirnya Winda terima cinta si cowo kertas. Mereka pun pacaran seperti orang pacaran. Yahhh.. tapi mungkin terlalu biasa untuk seorang cowo setia kaya Bimo. Winda pun merasa begitu. Setelah sebulan pacaran dengan Bimo dia belum merasakan cinta Bimo. Datar saja dan seperti tidak ada hubungan diantara mereka.
Akhirnya Winda pun minta putus. Tapi Bimo nolak abis-abisan karena Bimo bener-bener sayang sama Winda. Apa aja Bimo lakukan untuk kebahagiaan Winda dan untuk mendapatkan hati Winda.
“Maaf Bim. Selama sebulan ini gue ga ada ngerasain cinta dari lo. Gue ngerasa kita kaya teman biasa. Dan gue rasa kita emang lebih baik jadi teman aja dulu.”
“Jadi selama ini lo cuma pura-pura suka ama gue? Gue ga nyangka ternyata elo itu pembohong. Ge kira lo tu orangnya baik, orang yang ga mau nyakitin hati orang. Selama sebulan ini gue udah berkorban banyak buat ngedapatin cinta lo. Tapi apa balasan dari lo? Cuma kebohongan!”
“Gue ga peduli lo mau bilang apa. Yang pasti sekarang gue ga bisa ngebalas cinta suci lo itu. Gue cuma ga mau bohongin diri sendiri. Sekarang gue ga ada perasaan apa-apa sama lo. OK cat?”
“Terserah lo. Tapi gue bakal tetep cinta sama lo Win! Gue cinta mati sama looo!” teriak Bimo saat Winda mulai berlalu disampingnya, meninggalkannya.

“Tega banget sih lo Win!” sentak Gita membuat Winda menoleh sinis padanya.
“?”
“Gue yakin suatu saat lo bakal balik suka sama dia.”
“Gue tau dia orang baik, setia, tulus sama gue. Tapi gue belum ada perasaan apa-apa sama dia,sekarang!”