#bingung
harus nulis apa wkwkkkk gimana kalo
flashback ke kehidupan kecil Fajar ama kepsek Jerry :D
Hari ini adalah hari
ulang tahun Jerry yang ke 17 dan hari ulang tahun Fajar yang ke 10. sudah
menjadi tradisi bagi mereka untuk saling tukar kado. Ya walaupun uang beli
kadonya minta sama mama yang sama. Hahaa(apalucu’ny-,-) Saban kali menerima
kado dari Jerry muka Fajar selalu keliatan ngga senang.
“Pasti kotaknya hitam
putih.” sambil melirik sinis ke kotak kado yang di bawa Jerry. Dia benar-benar
ngga suka dengan hitam putih. Pertama kali dia menerima kado dari Jerry, dia
menangis keras sekali. Kotak kadonya berwarna hitam putih dan bergambar
tengkorak. Belum lagi isinya, boneka nightmare yang tampangnya begitu
menakutkan.
Sedangkan Jerry, selalu
menerima kado berwarna-warni dari Fajar. Yap. Kebalikannya, Jerry sangat ngga
suka dengan hal yang terlalu cerah berwarna.
Dan
sekarang setelah 7 tahun berlalu, mereka masih melakukan kebiasaan lama itu.
Sedikit berbeda karena mereka sekarang hanya duduk berdua di meja makan dengan
kue tar dan nyala beberapa lilin di atasnya.
“Bang.”
Jerry menoleh pada
adiknya.
“Hitam putih lagi ?”
Mereka berdua saling
mengeluarkan kado. Masih warna-warni kotak persegi kecil di tangan Fajar dan
kado hitam putih kotak persegi besar di tangan Jerry. Lalu mereka saling
lempar. (+.+)
“Liat dulu isinya.” ucap
Jerry sambil menarik kado di depannya.
Fajar langsung beranjak
ke kamarnya dengan kado di tangan. Jerry cuma memperhatikannya dari meja makan.
Beberapa saat sesudah fajar ngga keliatan lagi Jerry langsung buka itu
bungkusan kado yang dia terima.
Reaksinya sih santai
aja…tapi dalam hatinya lumayan senang. Boneka kodok hijau mata besar di
dapatnya. Dia memainkan boneka itu lalu berkata sendiri.
“Moshi moshi. Kore wa
Fajar desu. Yoroshiku. Kkekekee.” ucapnya lalu pergi meninggalkan dapur,
memeluk kodok itu di dadanya. Melirik sedikit ke pintu kamar Fajar sebelum
masuk ke kamarnya sendiri.
Awan
agak mendung mengawali pagi ini. Mulai sekolah lagi, pakai tas lagi, dan
bertemu teman sekelas lagi. Pagi Senin setelah Minggu berlalu.
Dengan berlari kecil
Resha mengejar Arsy yang sudah sedikit jauh berjalan di depannya.
“Ohayo.” katanya
memelankan langkah di samping Arsy.
“Ya. Agak mendung nih.”
Ucap Arsy menengadah ke langit. Resha angguk-angguk.
“Kamu bawa payung?”
Arsy menoleh ke Resha,
“Y engga lah. Masa anak cowo bawa payung. Kkekekee.”
Resha tersenyum, melihat
ke arah lain.
“Re !!!” seseorang
berteriak dari ke jauhan dengan lambaian tangan. Resha ikutan ngelambain
tangan.
“Indra.” katanya,
tersenyum padaku. Dalam hati ane juga tau wkwkkk. Aku tersenyum saja
padanya yang berlari mengejar Indra. Mereka menungguku di depan gerbang sekolah.
Hah!
Ada Pak Jerry juga. Kenapa
harus ada perasaan agak takut gini ya waktu ngeliat Pak Jerry. -,- Dia ketawa
ke arahku.
“Lagi senang ya Pak?” tanya
Resha.
“Biasa aja. Hahahaa.”
“Pagi, Ar.” katanya menepuk
pundakku.
“Iya, Pak.”
Diapun berlalu begitu saja. Kali
ini ngga nanyain tentang adenya.
“Ar.” suara Indra mengejutkanku.
“Apa an?”
“Kepsek bilang makasih
karena kita udah mau jadi temennya Fajar.”
Aku agak ternganga. Apanya
yang teman? Baru juga sekali ngomong kemaren. -,-
Tiba-tiba Resha
mendekatkan wajahnya ke bahuku dan membisikkan sesuatu, “Hari ini kepsek ultah,
lo.”
Kami
ketemu Fajar di kantin sekolah yang menyerupai café. Mukanya sedikit keliatan
ngga semangat.
“Santai aja, bro.
sekali-kali kalah kan ngga masalah.” hibur Indra. Rupanya kalah main futsal
kemaren ya.
Dia membalas dengan
hanya sedikit tawa lalu kembali menyeruput jus jambu di gelasnya. Melirik ke
Resha yang terus menatapnya dengan senyum tiada henti. (waduh.-o-)
“Daijoubu.” ucap Resha.
Fajar memandang Resha
dalam-dalam, “Kamu punya kaka cewe kan?” tanyanya.
“Iya.”
“Dulu dia sering ke
rumah lho.”
Hah! Aku dan Indra
bertatapan shok. Berarti kakanya Resha temen Kepsek dong.
Huft.
Ternyata Resha ngga tau apa-apa tentang kehidupan SMA kakanya. “Waktu itu aku
tinggal di Jepang.” ujarnya. De mo…kenapa jadi ane yang bingung ? :3 Sesuatu
dari diri Kepsek yang agak tertutup, jadi keliatan menarik.
Berjalan
hari tak terasa, begitu cepatnya kebersamaan kami berjalan mengikuti alur
waktu.
“Tolong manfaatkan
benar-benar sisa waktu kalian untuk menghadapi ulangan akhir semeseter pada dua
bulan ke depan.” kepsek berpidato. “Saya harap tidak ada yang tinggal kelas
maupun meninggalkan kelas.” Murid-murid mendengarkannya dengan seksama tanpa
ada suara sedikitpun, begitu hening di pagi yang sedikit berawan.
Upacara dibubarkan
setelah 1 jam berlalu, berdiri di bawah langit sedikit berawan tapi bukan
mendung. (kkekee) Ingin cepat-cepat aku berlari ke kelas karena ada pr yang
belum selesai. Hhahaa
“Ar.” aku mendengar
suara di belakang memanggil. Dia berjalan ke arahku, kepsek.
“Ada apa ya, Pak.”
“Pulang sekolah ini
temuin saya di ruang kepsek, ya.”
“Memangnya kenapa, Pak.”
“Ada yang mau saya
bicarakan.”
Whatt?!!
Jangan-jangan dia tau ane belum nyelesain peer. :3
“Baik, Pak.”
Dia pen pergi dengan
tangan terselip di kantongnya. Selalu begitu gayanya seperti santai sekali.
Hidupnya ngga ada beban ya. Hmm.. Aku menoleh, uwo ternyata Resha dan Indra
mengintip pembicaraan kamitadi dari ventilasi kelas.
Akhirnya
pulang sekolah ikut juga mereka ke ruangan kepsek, di samping perpustakaan.
Ruangan yang bercat abu-abu dengan ornamen putih, ruangan yang ngga terlalu
gelap dengan jendela kaca besar. Nuansa hitam-putih yang begitu terasa.
“Silakan duduk.” katanya
mempersilakan duduk di kursi tamu. Sofa hitam dengan sedikit garis putih.
“Maaf sebelumnya, Pak.”
kataku, “Teman saya yang berdua ini maksa buat ikut.” Resha dan Indra
melirikku.
“Hahaa ngga masalah.
Sebenarnya saya juga mau manggil mereka tapi tadi ngga ketemu. Wkwkk.” Indra
dan Resha tertawa mengikuti kepsek, tawa mereka hampir menggelegar di ruangan
besar ini.
“Jadi…ada masalah apa ya
bapak nyuruh kami ke sini.” aku memecah tawa mereka. Terdiam sejenak dia
menatapku.
“Begini. Ada satu anak
cowo dari kelas D4 yang ngga ngikutin kegiatan klub selama beberapa bulan ini.
Itu kelas tetangga kalian kan?” kami bertiga mengangguk-angguk. “Saya ingin
kalian bicara dengan dia, buat dia mau ngikutin kegiatan di klub. Yang mana aja
terserah.”
“Kenapa bapak ngga
langsung tanya ke orangnya aja ?” tanya Indra.
“Karena…saya bingung
gimana cara ngomongnya. -.-”
“Dan juga kami ngga
punya wewenang apa-apa buat maksa dia.” kataku.
“Kalian punya sebagai
teman untuk saling mengingatkan.”
Apaan? Kenal aja ngga
-,- gumamku dalam pikiran.
Tanpa
banyak pikir langsung saja Resha bilang setuju. Indra pun akhirnya mengiyakan.
Ya…apa boleh buat. Sekali waktu membantu kepsek yang pemalu ini. _._
Gimana orangnya ya ?
Orang yang namanya Romi itu. Di kelas D4, kelas tetangga kami. Mending sms
Resha dah.