Miruku
Senior High School is a private school that the student wear cardigan sweater
for their uniform. Isn’t very ordinary ?? #ckckkk
There are one hundred student in
every sub class(?). Don’t u understand ? I want to say that I DON’T UNDERSTAND
TO !!!!!!
#yudhgantipakebahasaindonesiaajjah,u.u
Sebuah
sekolah swasta yang hanya di huni 300 orang dari 15 kelas, 5 kelas untuk
masing-masing kelas X, kelas XI, dan kelas XII.
Walaupun muridnya sedikit tetapi
siswa-siswi disini bukanlah orang sembarangan. Mereka diseleksi berdasarkan
kebiasaan hidupnya. Nggak ada yang berkuku panjang disini, nggak ada yang buang
sampah sembarangan, dan nggak ada yang telat ke sekolah.
Mereka begitu bukan berarti takut
dengan peraturan disini melainkan itulah yang biasa mereka lakukan di kehidupan
sehari-hari. Jadi tanpa dibuatkan peraturan pun mereka sadar diri.
Sekolah swasta identik dengan
keturunan elit bermobil mewah. Tapi bukan disini. Dari kalangan biasa pun bisa
masuk ke sekolah ini.
Mereka
yang merasa kekurangan biaya untuk memenuhi keperluannya selama bersekolah
disini akan dipekerjakan di sebuah perusahaan swasta yang memang khusus
dibentuk untuk anak-anak berprestasi kurang mampu. Istilahnya magang lah kalo
di SMA Kejuruan. Pendiri perusahaan itulah pemilik Miruku ini. Beliau telah
meninggal dunia dan sekarang digantikan oleh buyut laki-lakinya yang masih
berumur 23 tahun. #jahh-.-’
Awalnya si pendiri memang menuliskan
beberapa peraturan untuk sekolah ini. Namun saat hampir meninggal, setelah 30
tahun mendirikan sekolah ini, dia baru sadar bahwa peraturan itu dibuat hanya
untuk dilanggar jadi dia menghapus beberapa peraturan keras yang dibuatnya.
Tersisalah peraturan-peraturan di bawah ini:
1. Seragam sekolah
yang dipakai terbuat dari cardigan (baju)
dan drill (celana)
Bagi anak cowo: o) celana panjang
berwarna hitam keabu-abuan
o) baju berwarna putih lengan panjang
(model bebas)
Bagi
anak cewe: o) rok berwarna putih dengan motif 2 garis berwarna sesuai
tingkatkan kelas. Model ditentukan sekolah.
o) baju
berwarna hitam keabu-abuan lengan panjang model bebas
2. Sepatu
Hanya dibolehkan memakai sepatu
berwarna hitam atau putih.
Untuk cewe dilarang keras memakai
sepatu balet. #cwakwkwkkk
3. Tas
Hanya dibolehkan memakai tas
berwarna hitam atau putih. Jika bermotif maka motifnya dilarang keras yang
berwarna kecuali hitam atau putih.
4. Perhiasan
Hanya dibolehkan memakai jam tangan
yang terbuat dari karet. Dilarang keras untuk yang berwarna selain hitam atau putih.
5. Dilarang keras
membawa majalah, handphone, kalkulator, laptop, pc, televisi, ipad, dan
sejenisnya. #pc?tv?gmncarabawa’ny-,-
6. Dilarang keras
merokok, minum-minuman keras atau memakai narkoba dan sejenisnya di lingkungan
sekolah, berlaku untuk guru maupun murid. Khususnya bagi siswa-siswi yang
ketahuan merokok, minum-minuman keras atau memakai narkoba dan sejenisnya di
dalam maupun di luar lingkungan sekolah akan langsung dikeluarkan dengan tidak
hormat. #-o-hohoo
7. Hanya memakai
buku dan alat tulis yang disediakan oleh sekolah.
8. Dilarang keras
untuk berpacaran baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Jika ketahuan
maka akan langsung dikeluarkan dengan tidak hormat. #kkekekee-,-
Prolog
“Putihhh
?!”
“Nggak salah nih mba ? Kok cowo sih
yang bajunya putih ?” tanya Arsy pada kakanya, tamatan SMA Miruku.
“Ya emang gitu peraturannya.”
“Apa nggak cepat kotor ?”
“Mangkanya…belajar supaya jangan
jorokk !”
“Ishk.” Arsy Pragiyo, murid smp yang
baru lulus dan berencana mendaftar di SMA Miruku. “tapi kenapa gitu ya, mba?”
“Supaya ngebuang sifat jorok anak
cowo kali. Kalii hhehee”
Sambil berbaring iya memikirkan SMA
Mikuru yang disebut-sebut sebagai SMA favorit.
“Pasti bangga deh kalo bisa masuk
situ.” pikirnya.
Memang, kakanya sendiri alumni dari
sana. Setelah tamat langsung diterima bekerja di sebuah bank swasta.
“Persyaratannya susah juga.”
pikirnya lagi.
Diapun memejamkan mata.
Keesokan harinya iya memantapkan
diri. Memutuskan buat daftar di SMA Miruku. Beberapa teman ternyata juga
berminat ke sana.
“Hope
we luck today.” aku mendengar suara lembut dari gadis kecil di belakangku.
“Putihh !” batinku menatap wajahnya
yang begitu putih bersih.
“We’re you from?” tanyaku membuka
obrolan. Matanya begitu hitam dan besar.
“Aku dari dekat sini kok.” katanya tersenyum.
Aku jadi agak malu. Ku kira dia dari Jepang. Hahaa
“Sudah baca peraturan di sini?”
“Sudah. Peraturannya bagus.” Katanya
dengan muka polos.
“Apanya yang bagus?” cela pikiranku.
Dia tersenyum lalu berpaling ke
depan menerobos di kerumunan orang yang juga mendaftar hari ini.
“Duh. Lupa tanya namanya.”
Tes
tulis sudah dilalui dan ada 227 orang yang lolos. Masih ada tes kesehatan dan
wawancara lagi untuk menyaring hingga tinggal 100 orang. Katanya 60 cewe dan 40
cowo.
“Ar gimana lo, yakin masuk ngga ?”
tanya temanku yang juga lolos tes tulis.
“Ngga yakin.”
“Gue juga nih. Mana ada tes
wawancara lagi. Bahasa Inggris gue kan jelek.” katanya pesimis.
“Emang tes wawancaranya pake
b.inggris ?”
“Belum tau sih.”
“Kalo gue lebih khawatir ama tes
kesehatannya nih. Gue kan agak jorok. Kata kaka gue sih.”
“Bener tuh kata kaka lo. Ckckckkkk.
Lo ingat ngga waktu sd kita pernah balap lari ama Indra, Vino.”
“Waktu ngga bisa ngerem terus
keinjak e* sapi ?”
“jyahahahhaaa. Terus sepatu lo
pernah juga kan kecebur ke selokan tapi ngga lo cuci-cuci sampe satu minggu.
Terus lo juga jarang gosok gigi malam kan ? Wkwkwkkk.”
“itu kan dulu waktu SD. Pas SMP gue
udah tobat Din. Gue di hajar ama kaka gue kalo ngga mau gosok gigi malam. -,-”
“Din,
gue keterima. Lo gimana ?”
“BAD ! Gue gagal, Ar. Hiks.”
“Don’t worry be happy, Badin.”
sambil ngelus pundaknya.
“Selamat ya, Ar. Gue kualat ama lo
nih. T.T”
“Tenang Din. Gue bantuin elu deh
ngedaftar di SMA sebelah.”
“Ish..ngejek gue, lu ??” katanya
sambil tertawa tapi keliatan sedikit kecewa.
“Yaa mungkin rejeki lo di sana.
Hahaa.” kataku coba menghiburnya.
“Gimana yang lain, ya ?”
Kami berkeliling di gerombolan
orang ini yang beberapanya adalah calon
teman satu sekolah baruku, SMA Miruku. Disudut aula aku lihat Indra sedang
tertawa girang bersama seorang temannya.
“Tu Indra.”
“Ama siapa tuh? Pacarnya?”
“Ah nggak mungkin lah. Ke situ yuk,
Din.”
“Ok.”
“In,
gimana lo ?” tanya Badin.
“Gue lulus. Elo berdua ?” ujar
Indra, temannya yang cewe ini tersenyum juga menatap kami.
“Gue gagal In.” sambil mengarahkan
mukanya padaku.
“Gue masuk.” kataku tertawa ke
mereka.
“Aku juga.” kata temannya si Indra
ini. Kami bertiga tertawa ke arahnya.
“Loh kayanya pernah ketemu.” ucapku,
mengamati mukanya. “Elo yang ngomong ‘hope we….”
“Luck today.” sambungnya sambil
terus tersenyum.
“Kenalin, gue Badin. Temannya mereka
juga.”
“Resha.” katanya tersenyum lagi.
Emang murah senyum ni orang, pikirku.
“Din, lo kayanya harus buru-buru deh
daftar di SMA sebelah. Soalnya tinggal 2 hari lagi pendaftarannya di tutup.”
“Ngga deh.”
“Loh, jangan putus asa gitu dong
Din.” ucapku yang agak terkejut mendengarnya.
“Putus asa apaan. Rencana gue gini,
kalo ngga keterima di Miruku gue langsung daftar ke luar kota.”
“Udah
daftar?”
“Iya lah. Gue ke sana tinggal tes.”
“Kalo ngga keterima?”
“Pasti keterima…kepala sekolahnya
kan Om gue. Whaahahhhaaaaaa.”
“Wuihhhhhhh.” aku dan Indra
menepuk-nepuk pundaknya. Selama berteman ama dia aku ngga pernah tau kalo dia
keluarga orang kaya.
“Good luck deh buat kamu.” ucap
Resha dengan senyumnya itu lagi. Jadi pengen ikut senyum juga.
Ini
nih hari yang palin ditunggu-tunggu oleh kebanyakan siswa baru, upacara
penerimaan. Baru pertama kali ini kepala sekolah akan memunculkan batang
hidungnya.
“Kepsek kita katanya masih muda
lo..” kata cewe yang berdiri dua jarak di sampingku kepada temannya.
“He em… kata Mas ku kepsek juga
baik.”
Baik? Masa sih? Cela batinku.
Jeng jeeeeeng.ternyata benar,
kepseknya kaya seumuran anak kelas XII. Gaya bicaranya juga sangat ngga formal.
Gimana bisa ini jadi sekolah favorit ??! Berontak batinku.
“Seumuran.” kataku pada teman
sebelah ngga tahu namanya.
Dia cuma tertawa sambil membenarkan
rambutnya.
“Tapi di balik muka yang polos itu,
beliau dikenal tegas loh kalo ngasih hukuman.” sambung teman di belakangku.
Kami berdua jadi menatapnya. Kepsek memperhatikan kami.
Deg !
Langsung kami tertunduk dan menghentikan pembicaraan kami.
Beliaupun lanjut berpidato sambil ketawa ngga jelas. #jahh-__-
“Satu
kelas 20 orang ?????” pertanyaanku membuat perhatian.
“Sstt. Keras banget si.” sela Indra.
“20 orang itu baguskan. Jadi bisa
maksimal ngajarinnya.” kata Resha. Ternyata kami satu kelas dan sekarang kami
sedang melihat pengumuman pembagian kelasnya.
“Kalo udah keterima harus siap
menanggung resikonya.” ujar kepsek yang lewat di samping kami sambil
menyipitkan matanya ke arahku. Jadi ngga bisa ngomong apa-apa lagi. Murid lain
pun terdiam memandang ke arahnya. Dia menatap kami satu per satu. “Rubah
kebiasaan buruk kalian jika ada. Kalo ngga bisa berubah juga…saya yang akan
buat kalian merubah kebiasaan ituu. Hahahaaaa.” katanya sambil terus berjalan
ke ruangannya dan kami tak berkedip mendengar kata-katanya. Dia ini sih
cocoknya di jadiin kaka gue, ucap kepalaku.
“Kita cari kelasnya, yuk.” kata Resha seolah mengetuk kami
semua. Kami berjalan dan murid-murid lain ikutan bubar.
to be continued...wkwkkk
nice :D
BalasHapusarigatou wkwkkk masi ada sambunannya nah, baca yaa =)
BalasHapussip..siap Meluncur ke postingan selanjutnya :D
BalasHapus