Biodata
Kepsek :
Fardian Jerry Nugraha
17 Juli 1990
170 cm
57 kg
Memasak dan belajar
Astronot
Ngga pernah follow social media apapun
#dgnkatalain:gaptek.x))
Lahir dari keturunan darah biru ngga
membuat dia sombong. Dipercaya jadi kepsek Miruku sejak umur 21, setelah
kakeknya meninggal.
Sifat : Agak kekanakan dan kurang dewasa
tapi mampu mengambil keputusan dengan tepat dan memberi sanksi dengan tegas
tanpa ragu. Bukan orang yang mudah dipengaruhi dengan kata lain berpendirian
kuat.
Kalo soal percintaan kaya’ny lebih gagap
dari teknologi deh. Dia belum pernah pacaran sampai umur 23 ini, cuma pernah
suka sama cewe sekelasnya waktu di SMA. Takut ditolak jadinya ngga nyatain
perasaan
#kkukuukuu :3
Punya satu kakak cewe (30 tahun) dan satu
adik cowo (16 tahun). Adik cowonya juga baru masuk Miruku lo..hhihhii
#suka-sukagueiniygbikinceritanya.-,-kkekekee
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Hari
pertama di Miruku rasanya lumayan juga. Bertemu orang-orang yang begitu
disiplin, seperti Resha yang ngga banyak perotes.
“Wajib
ikut ekskul yah..” sebut Resha.
“Mau
ikut ekskul apa kalian ?” tanyaku sambil menyedot jus kacang hijau, bersantai
menikmati jam istirahat yang begitu lama ini, 30 menit.
“Gue
kayaknya basket.” jawab Indra.
“Aku…mungkin
ikut klub desain.” jawabnya tersenyum. Manis sekali.
“Lo
sendiri gimana, Ar?”
“Gue
males ikut ekskul. Wkwkwkkk.” aku menoleh, ternyata kepsek berdiri di
belakangku tiba-tiba. Berhenti langsung aku menyeruput minumanku.
Dia
menepuk pundakku.
“Ngga
minat ikut ekskul ?”
Aku
gemetaran tapi ku jawab saja, “i..iya, pak.”
Beliau
duduk bergabung dengan kami. Tepat di depanku, di samping Resha.
“Dilarang
keras buat murid di sini kalo ngga ikut kegiatan apapun.” ujar kepsek. Aku
melihat seksama wajahnya yang seperti serius itu. Indra menyenggol kaki ku di
bawah meja. Resha juga senyum ke arahku. “Kalau kamu ngga minat ikut ekskul
maka..” sambil menyeringai padaku. “Kalian akan dipekerjakan. Hahahaaa.”
katanya santai sekali, kali ini dia mulai main-main sepertinya.
“Kerja,
Pak ? Bukannya kalo yang sudah kelas dua baru boleh kerja ?” tanya Resha begitu
penasaran.
“Yaa…daripada
ngga ada yang dikerjain.”
“Memangnya
kerjaannya apa, Pak ?” tanya Indra yang juga penasaran.
“Ngejagain
tikus.” dengan muka serius. Kami saling berpandangan. “Hahahaa……ngga ngga.
Kerjanya paling cuma ngetik atau ngejagain telpon.” Aku mengangguk-angguk.
“Tapi kalo yang buat kelas dua kerjanya diberatin sih.”
“Apa
waktu belajarnya ngga ke ganggu?” tanyaku.
“Tergantung
mereka bisa ngatur waktu apa ngga.”
“Kayanya
mending ikut ekskul, deh.” kataku pelan. Kepsek menatapku lagi.
“Tapi
kalo kerja dapat duit lo. Eh..tapi jangan bilang-bilang yang lain nih. Anak
kelas satu emang diwajibin ikut ekskul dan belum boleh kerja. Saya nawarin
kerja cuma ama kalian.” katanya berbisik-bisik. Kami berempat jadi saling
bertatapan dan jadi tertawa.
Gimana
sih, ini kepsek ngga konsisten banget. Mungkin itulah yang ada dipikiran kami sekarang.
“Ya
sudah. Kalian belajar bener-bener yah. Santai aja tapi jangan main-main.”
diapun berdiri beranjak pergi. Dari belakang beneran keliatan kaya anak SMA
loh. Pakaiannya yang begitu santai dan sepatu kets yang dipakainya. Apa dia
serius menjalani perannya sebagai kepala sekolah ?
Gimana
Ar, sekolah barumu ?” tanya kakaku saat makan malam.
“Lumayan.”
“Udah
ketemu kepseknya ?”
“Seberapa
populer sih mba itu kepsek ?” pertanyaanku jadi menyimpang.
“Aku
juga belum pernah ngeliat orangnya. Hahahaaa.”
“Loh.”
“Kan
aku lulus sebelum dia menjabat di Miruku.” katanya lalu minum. “Denger-denger
sih kepseknya belum kawin yah..”
“Katanya
sih baru umur 23.”
“Tuh
kan lebih muda dari aku.”
“Emang
umur mba berapa?”
“Jahh.
Umur kaka sendiri ngga tau kamu.” katanya sambil mengupas jeruk.
“Maklum
lah. Ademu ini kan kena Alzheimer kadang-kadang. Hahaa.”
“Bulan
Agustus ini udah 24.”
“Kapan
jadinya mba nikahan ?kkekekee”
“Bentar
lagi kok. :P”
“Bagus
deh.”
“Ar…”
seseorang memanggilku dari kejauhan. Dia berlari menghampiriku. Resha ternyata.
“Ngga
di antar-jemput kamu ?” dia agak ngos-ngosan.
“Hhhh……rumah
aku kan di dekat sini aja.” katanya menunjuk ke jalan di belakang.
Kami
berjalan menuju gerbang sekolah yang kira-kira masih 50 meter lagi. #wadaww
“Kamu
udah mutusin mau ikut ekskul apa ?”
“Kayanya
voli aja deh.”
“Kenapa
?”
“Supaya
bisa sering-sering ke pantai…hahaa.”
“Emangnya
ke pantai ?”
“Ngga
tau deng. Wkwkk.” dia jadi tertawa juga. Aku terkejut melihat kepsek yang
sedang mondar-mandir di depan gerbang. Pagi-pagi gini dia udah ada di
sekolah?
“Ada
kepsek.” Bisik Resha. Aku mengangguk-angguk.
“Pagi,
Pak.” sapa Resha dengan senyumannya.
“Pagi
juga.” dia melirikku.
“Lagi
nungguin siapa, Pak ?”
“Kalian
lah..” ujarnya menepuk pundakku. Kami berdua jadi bingung. Baru hari kedua
sekolah kepsek sudah seperti begitu mengawasi kami.
“Sudah
bikin tanda pengenal ?” aku menatap bingung ke Resha.
“Udah,
Pak. Ini..” kata Resha menunjukkan bordiran nama di bagian lengan kanan seragam
cardigannya.
“Bagus.
Kamu ?” tanyanya padaku. Aku memeriksa baju lengan kananku.
“Kayanya
belum, Pak.” dia ikutan melihat.
“Buruan
bikin.”
“Baik,
Pak.” kataku spontan. Aneh sekali, kata-katanya begitu jauh mampu mengendalikanku.
“Tapi
sebenarnya bukan itu yang ingin saya tanyakan.”
Aku
dan Resha saling menatap bingung. Apa lagi nih?
“Begini…sebenarnya
adik saya juga baru masuk sama dengan kalian. Tapi sayangnya kalian ngga
sekelas.” dia memandang kami serius. “Dia sulit berteman dengan orang lain. Saya
berharap kalian bisa menjadi temannya.” katanya.
“Tapi
kami kan ngga kenal sama dia, Pak.”
“Benar
juga.” ujarnya sedikit berpikir. Murid-murid lain mulai berdatangan sedikit
melirik ke arah kami. “Memangnya dia
kelas berapa, ya ?” tanya Resha lagi.
“Kelas
X-C3, namanya Fajar Rafiqi.” jawabnya sambil tersenyum pada murid lain yang menyapanya. “Tapi
rahasiakan sama yang lain ya kalo dia adik saya. Dia ngga suka kalo orang-orang
tau saya ini kakanya. -,-” kakak yang tak dianggap.fufufu~ “Ya sudah.
Cepat sana kalian masuk kelas.”
Kami
mengangguk-angguk lalu berlari kecil. Masih agak bingung, aku kira muka Resha
pun begitu. Adiknya kepsek, ya…
“Daritadi
gue perhatiin muka lo agak beda, Ar.” ucap Indra saat kami berjalan pulang sekolah
bersama dengan Resha juga.
“Tambah
ganteng ?”
“Jahh.
Tambah burem. Hahaa.” katanya memukul-mukul tasku.
“Ish..”
seringaiku. Resha melihatku seperti memberi signal lalu dia tersenyum. “Gini,
In. kita dapat amanah dari kepsek supaya temenan sama adenya yang juga baru
masuk di sini.”
“Hah
? Ade kepsek ? Cewe yah ?”
“Cowo.”
sahut Resha.
“Kalo
cowo kan bisa cari teman sendiri.” ujarnya memandang ke depan. Aku dan Resha
saling menatap bingung harus bicara apa.
“Kita
juga belum ketemu orangnya kok.” tambah Resha.
“Satu
kelas ama kita, ya?”
“Ngga
dia kelas sebelah.”
“D4
?”
“C3.”
“Terus
apa masalahnya sampe-sampe muka lo burem gitu, Ar.”
“Ngga
ada sih. Cuma gue bingung aja kenapa kepsek nyuruh kita ya ?”
Indra
menoleh padaku, “Kita ?? Elo aja kalii wkwkkk.”
kepseknya unik :D
BalasHapushehee seumuran^-^
BalasHapus